BMKG Bangun Sistem Peringatan Dini Gempa

bantenproNews – Sekalipun gempa bumi belum bisa diprediksi, datangnya guncangan gempa bisa diantisipasi melalui sistem peringatan dini gempa bumi.

“Kami sedang membangun EEWS (earthquake early warning system/sistem peringatan dini gempa) sejak tahun 2020. Prototipenya sudah jadi dan berhasil merekam dua kali kejadian gempa di Banten beberapa waktu lalu. Tahun ini, direncanakan mulai diopersionalkan,” kata Kepala Pusat Seismologi Teknik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono dikutip dari kompas.id, Jumat (11/02/2022).

Menurut Rahmat, EEWS ini memiliki prinsip untuk mendeteksi lebih dini setelah terjadinya gempa bumi dengan memanfaatkan selisih rambat gelombang P (primary wave) dan gelombang S (secondary wave). Gelombang P diketahui tiba lebih awal sebelum gelombang S yang cenderung merusak.

“Jadi, ini bukan untuk memprediksi gempa bumi,” katanya.

Sistem peringatan di seluruh negara akan memberi orang beberapa detik berharga untuk mengurangi dampak gempa yang berpotensi merusak.

Sistem peringatan dini gempa bumi ini terdiri dari jaringan sensor dan model matematika untuk mendeteksi gempa bumi secara real time dan memperingatkan daerah yang bakal terkena dampak sebelum terjadi guncangan.

“Dengan mendeteksi kedatangan gelombang P, kita bisa menyiapkan respons, misalnya dengan mematikan mesin-mesin atau MRT (mass rapid transport) agar bisa berhenti dulu sebelum terjadinya guncangan,” katanya.

Rahmat menambahkan, prototipe EEWS mampu menerima, mengolah, dan merespons gempa Sumur-Banten M 6,6 pada 14 Januari 2022 dengan baik.

Baca Juga :  Sumur Resapan Jadi Andalan di Kota Tangerang

“Parameter hasil EEWS cukup bagus dibandingkan hasil InaTEWS. Akan tetapi, peningkatan model dan parameter tetap diperlukan di masa yang akan datang, termasuk peningkatan kecepatan analisis dan diseminasi,” ujarnya.

Menurut Rahmat, pada tahun 2020 Indonesia mendapat hibah 200 alat EEWS dari China. Meskipun demikian, jumlahnya belum memadai mengingat banyaknya sumber gempa kita.

“Untuk kemandirian, akhirnya kami mencoba membuat sendiri dengan belajar dari sejumlah negara, seperti Jepang, Taiwan, dan sejumlah negara lain yang sudah berhasil menjalankan,” katanya.

Rahmat menambahkan, sudah ada 144 prototipe awal EEWS buatan BMKG yang dipasang di 500 lokasi di Bali dan 96 di Banten, serta Jawa Barat.

“Ke depan, kita akan bangun lebih banyak lagi karena prinsipnya semakin rapat alatnya, akurasinya semakin baik,” ucapnya. (bpro)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *