bantenpro.id – Kota Tangerang Provinsi Banten menempati urutan keempat dalam daftar wilayah paling terdampak polusi udara. Data yang dihimpun oleh Lembaga IQ Air menunjukkan bahwa indeks pencemaran udara di Kota Tangerang mencapai angka 161.
Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah menjelaskan ada dua faktor utama yang diidentifikasi sebagai penyebab tingginya tingkat polusi udara di wilayahnya. Pertama, polusi yang berasal dari kendaraan bermotor. Kedua, polusi industri, terutama yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik yang menggunakan batu bara dalam operasionalnya.
Faktor pendukung lainnya adalah kurangnya curah hujan selama dua pekan terakhir di Kota Tangerang.
“Aktivitas partikel udara ini terjadi akibat kurangnya hujan dalam dua minggu terakhir. Kami berharap ada langkah-langkah untuk menggunakan energi terbarukan dan kami juga berharap ada hujan. Dan tentu saja, kami harap pemerintah pusat juga mempertimbangkan penerapan teknologi hujan buatan, sehingga partikel-partikel tersebut dapat mengendap,” kata Arief.
Mengenai situasi ini, Arief Wismansyah mengimbau seluruh masyarakat dan pegawai pemerintah untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dalam aktivitas sehari-hari. Kepadatan volume kendaraan berdampak pada emisi yang ditimbulkan.
“Kami mengajak masyarakat menggunakan transportasi umum. Kami juga memberi dorongan kepada pegawai pemerintah agar menggunakan sepeda, transportasi umum, atau berbagi kendaraan dalam perjalanan,” kata Arief.
Terkait masalah polusi yang diakibatkan oleh industri, Arief menjelaskan bahwa pihaknya sedang melakukan survei untuk memahami lebih jauh mengenai emisi yang dihasilkan. Tim dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) akan dikirim untuk menguji emisi di berbagai pabrik di seluruh wilayah Kota Tangerang.
“Kami akan mengembangkan sistem database untuk pemantauan kontinu. Saat ini, kami sedang mempersiapkan tim untuk melakukan survei lapangan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Pemerintah Kota Tangerang sedang mempertimbangkan penerapan sistem kerja dari rumah (work from home/WFH) baik bagi pegawai pemerintah maupun sektor swasta.
“Kami juga tengah mengevaluasi pelaksanaan WFH,” tambah Arief.
Sejalan dengan langkah-langkah tersebut, Arief Wismansyah juga mengajak masyarakat untuk aktif dalam program reboisasi atau penanaman pohon di lingkungan sekitar. (mst)