Cipto Raharjo, Pria Berbobot 200 Kg akan Dievakuasi ke RSUD Kota Tangerang

bantenpro.id – Kasus obesitas akut bertambah di Kota Tangerang. Setelah Muhamad Fajri, kini giliran Cipto Raharjo (45), seorang warga Kecamatan Pinang dengan berat badan sekitar 200 kilogram, yang harus dievakuasi oleh petugas BPBD ke RSUD Kota Tangerang.

“Evakuasi akan dilakukan sore ini,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Tangerang Maryono Hasan kepada bantenpro.id pada Selasa (04/07/2023).

Cipto akan dievakuasi oleh petugas BPBD setelah dilaporkan bahwa dia telah mengalami kesulitan bangun dari posisi tidur selama satu minggu karena sakit pada kakinya. Informasi ini diperoleh dari warga sekitar.

Tiga bulan yang lalu, kondisi Cipto belum seburuk saat ini. Dia masih dapat berjalan dan bahkan mengendarai sepeda motor. Nyeri pada bagian kakinya belum terlalu parah. Namun, seiring berjalannya waktu, nyeri pada kaki semakin memburuk dan membengkak.

Situasi ini mengganggu Cipto saat bergerak. Belum diketahui secara pasti penyakit apa yang diderita pada kakinya.

Rencana proses evakuasi terhadap Cipto berlangsung dramatis. Petugas dan warga harus berusaha keras untuk memindahkan Cipto dari kamar tidurnya yang berukuran 1,5 x 2 meter.

Rumah tempat tinggal Cipto yang juga berfungsi sebagai warteg harus dibongkar dalam proses evakuasi.

Sebelum Cipto dievakuasi petugas, bantenpro.id berkesempatan mewawancarainya. Meskipun duduk di lantai, Cipto menceritakan bahwa dia telah mengalami obesitas selama 8 tahun terakhir.

Baca Juga :  Truk Damkar Angkut Fajri Si Manusia Terberat ke RSCM

“Sejak tahun 2015, saya sudah mengalami obesitas,” ujar Cipto.

Cipto menyadari bahwa kelebihan berat badan yang dialaminya tidak baik untuk kesehatan. Dia telah mencoba berbagai program diet dan mengatur pola hidupnya, namun semua usahanya tidak berhasil. Berat badannya tidak kunjung turun.

Di sisi lain, pihak keluarga, Darsini, yang merupakan bibi dari Cipto berharap pemerintah dapat membantu dalam menanggung biaya perawatan Cipto di rumah sakit. Keluarga memiliki keterbatasan finansial untuk membiayai perawatan tersebut secara mandiri.

“Kami berharap ada bantuan, agar tidak ada biaya yang harus ditanggung di rumah sakit,” ucap Darsini. (mst)